![]() |
Ilustrasi © blogkammiumm.wordpress.com |
Latar
Belakang:
Saat Ini banyak generasi muda
Indonesia yang cerdas tapi tidak bernurani, dan membentuk masyarakat yang cepat
tersulut emosi dan anarkis, bahkan dengan sangat mudah terjun ke dunia yang
korup. Selain itu minat para generasi muda di indonesia terhadap pendidikan pun
sangat minim, sebagian besar lebih tertarik dengan hal-hal yang terlihat keren
dan hebat secara singkat (Seperti geng motor, tawuran, dsb)
Permasalahan:
Pendidikan Indonesia saat ini telah
terjun kearah yang aneh terlebih karena sangat menyiksa anak-anak dan pemuda
bangsa. Bila kita perhatikan banyak anak-anak yang baru bisa pulang sekolah
pada sore hari, belum lagi ditambah bimbingan belajar yang lain dan bila tidak
dilakukan mereka tidak bisa bersaing dengan teman-teman mereka dalam hal
pendidikan. Terlebih dengan Mentri Pendidikan yang tidak mengetahui kondisi
anak-anak Indonesia saat ini (dan selalu menyalahkan anak sebagai pemalas dan
kurang terdidik). Ketidak seimbangan perkembangan mental, pikaran, dan jiwa
mereka akan membuahkan generasi yang terpaksa pandai tanpa memiliki jiwa dan
mental yang terdidik.
Solusi:
Yang terlebih diperlukan sekolah perlu mengajarkan budi pekerti dan kasih seperti kunjungna ke panti werda dan juga seperti di pengajaran tentang moral-moral kehidupan. Contoh sekolah yang sudah menerapkan hal ini adalah sekolah Tzu chi (bukan maksud promosi) bahkan di Taiwan di ajarkan sulitnya proses mengandung anak (dengan bantalan besar di depan perut) dan diajarkan untuk menghargai dan berbakti kepada orang tua mereka. Bukankah dengan pendidikan moral seperti tersebut sangat cocok dengan kepribadian bangsa kita yang dulunya terkenal ramah dan santun? Bila mana moral dan kasih sudah ditanamkan sejak dini maka tingkat kejahatan akan turun dan terlebih dapat meningkatkan rasa persatuan di Indonesia yang multi etnis dan multi kultur.
Rubahlah konsep pendidikan bukan sebagai pencetak
manusia-manusia yang mempunyai wawasan yang sama, akan tetapi menjadi manusia-manusia
yang mau dan siap mengejar minat dan bakat mereka dengan mengutamakan moral dan
kasih. Konsep pendidikan dunia saat ini terlalu seperti mesin foto kopi,
sedangkan manusia mempunyai minat dan bakat yang berbeda-beda sesuai dengan
yang diberikan Yang Maha Kuasa. Perlu dicontoh ketika Korea bangkit dariketerpurukan mereka, mereka menyadari kekurangan mereka dan
menyebar pemuda-dan pemudi mereka untuk menuntut ilmu di dunia yang sesuai
dengan minat dan bakat mereka dan meminta mereka kembali untuk menerapkan ilmu
tersebut hasilnya negara yang luar biasa maju. Bukankah seorang manusia akan
lebih berprestasi bilamana mereka mengejar sesuatu yang mereka sukai sesuai
minat dan bakat mereka?
Rubahlah cara menilai kemampuan seorang anak, sebab seorang anak mempunyai kelebihan sendiri-sendiri. Seorang anak yang berprestasi tidak harus menguasai setiap pelajaran yang ada tetapi menjadi pribadi yang baik dan mempunyai tujuan dan arah yang mau dikejarnya.
Rubahlah cara menilai kemampuan seorang anak, sebab seorang anak mempunyai kelebihan sendiri-sendiri. Seorang anak yang berprestasi tidak harus menguasai setiap pelajaran yang ada tetapi menjadi pribadi yang baik dan mempunyai tujuan dan arah yang mau dikejarnya.
Kesimpulan:
Sekolah
harus dijakan tempat membuka wawasan dimana tidak terlalu mencampuri agama dari
seorang anak dan terutama mengembangkan moral dan kasih anak tersebut. Serta
jangan mengejar perndidikan yang merata akan tetapi lebih mengedepankan
pendidikan minat bakat mereka sehingga tercipta manusia-manusia yang bersemangat
mengejar berbagai bidang yang mereka minati untuk perkembangan bangsa dan
negara.