Thursday, July 10, 2014

Pendidikan Yang Manusiawi

Ilustrasi © blogkammiumm.wordpress.com


Latar Belakang:

  
Saat Ini banyak generasi muda Indonesia yang cerdas tapi tidak bernurani, dan membentuk masyarakat yang cepat tersulut emosi dan anarkis, bahkan dengan sangat mudah terjun ke dunia yang korup. Selain itu minat para generasi muda di indonesia terhadap pendidikan pun sangat minim, sebagian besar lebih tertarik dengan hal-hal yang terlihat keren dan hebat secara singkat (Seperti geng motor, tawuran, dsb)

Permasalahan:

Pendidikan Indonesia saat ini telah terjun kearah yang aneh terlebih karena sangat menyiksa anak-anak dan pemuda bangsa. Bila kita perhatikan banyak anak-anak yang baru bisa pulang sekolah pada sore hari, belum lagi ditambah bimbingan belajar yang lain dan bila tidak dilakukan mereka tidak bisa bersaing dengan teman-teman mereka dalam hal pendidikan. Terlebih dengan Mentri Pendidikan yang tidak mengetahui kondisi anak-anak Indonesia saat ini (dan selalu menyalahkan anak sebagai pemalas dan kurang terdidik). Ketidak seimbangan perkembangan mental, pikaran, dan jiwa mereka akan membuahkan generasi yang terpaksa pandai tanpa memiliki jiwa dan mental yang terdidik.

Solusi:

Kembalikan Sekolah menjadi tempat pembuka wawasan bukan tempat menghafal wawasan. Kebutuhan pendidikan setiap anak berbeda-beda sekolah perlu membuka wawasan mereka agar dapat mengembangkan minat, bakat dan kemampuan mereka ke berbagai bidang. Kurangi atau hilangkan pendidikan Agama dari sekolah karena pendidikan agama harusnya di bentuk di lingkup orang tua dan masyarakat, terlebih bila mana sudah ada sekolah minggu, pesantren, dan pendidikan agama non formal lainnya. Apakah masih perlu sekolah mengajarkan agama? Bila mana perlu saya rasa porsinya di rubah menjadi pelajaran extrakurikuler.

Yang terlebih diperlukan sekolah perlu mengajarkan budi pekerti dan kasih seperti kunjungna ke panti werda dan juga seperti di pengajaran tentang moral-moral kehidupan. Contoh sekolah yang sudah menerapkan hal ini adalah sekolah Tzu chi (bukan maksud promosi) bahkan di Taiwan di ajarkan sulitnya proses mengandung anak (dengan bantalan besar di depan perut) dan diajarkan untuk menghargai dan berbakti kepada orang tua mereka. Bukankah dengan pendidikan moral seperti tersebut sangat cocok dengan kepribadian bangsa kita yang dulunya terkenal ramah dan santun? Bila mana moral dan kasih sudah ditanamkan sejak dini maka tingkat kejahatan akan turun dan terlebih dapat meningkatkan rasa persatuan di Indonesia yang multi etnis dan multi kultur.
Rubahlah konsep pendidikan bukan sebagai pencetak manusia-manusia yang mempunyai wawasan yang sama, akan tetapi menjadi manusia-manusia yang mau dan siap mengejar minat dan bakat mereka dengan mengutamakan moral dan kasih. Konsep pendidikan dunia saat ini terlalu seperti mesin foto kopi, sedangkan manusia mempunyai minat dan bakat yang berbeda-beda sesuai dengan yang diberikan Yang Maha Kuasa. Perlu dicontoh ketika Korea bangkit dariketerpurukan mereka,  mereka menyadari kekurangan mereka dan menyebar pemuda-dan pemudi mereka untuk menuntut ilmu di dunia yang sesuai dengan minat dan bakat mereka dan meminta mereka kembali untuk menerapkan ilmu tersebut hasilnya negara yang luar biasa maju. Bukankah seorang manusia akan lebih berprestasi bilamana mereka mengejar sesuatu yang mereka sukai sesuai minat dan bakat mereka?

Rubahlah cara menilai kemampuan seorang anak, sebab seorang anak mempunyai kelebihan sendiri-sendiri. Seorang anak yang berprestasi tidak harus menguasai setiap pelajaran yang ada tetapi menjadi pribadi yang baik dan mempunyai tujuan dan arah yang mau dikejarnya.

Kesimpulan:

                Sekolah harus dijakan tempat membuka wawasan dimana tidak terlalu mencampuri agama dari seorang anak dan terutama mengembangkan moral dan kasih anak tersebut. Serta jangan mengejar perndidikan yang merata akan tetapi lebih mengedepankan pendidikan minat bakat mereka sehingga tercipta manusia-manusia yang bersemangat mengejar berbagai bidang yang mereka minati untuk perkembangan bangsa dan negara.